SATU

Ini bukan review tapi view.

DUA

Asyik kan sekali-kali lihat yang oke.

TIGA

Segar di mata nyaman di hati.

EMPAT

Mata lepas pikiran bebas.

LIMA

Akhirnya badan kembali fresh siap kerja lagi.

Friday, February 24, 2012

Komedi Satire: KOPER YANG DIOPER-OPER

Butet Kartaredjasa

Oleh M Djoko Yuwono

“DI Indonesia ini mau jadi miskin saja sulit, padahal baru mau jadi, belum miskin,” sebut Sammy (Sam D Putra).

Keruan, celotehan itu mengundang ger. Dan, dalam hati, para penyaksi Stand Up Comedy di Graha Bhakti Budaya, TIM, mengakui bahwa pergelaran malam itu bisa disebut sebagai sebuah paradoks, satire. Karena, untuk mencari sesuap nasi, semisal para buruh, mesti demo dulu agar memperoleh upah yang cukup untuk makan sebulan. Di sisi lain, para pejabat dengan enteng menjadi kaya, ada yang diantar dengan kardus dan bungkus durian.

Lawakan para komedian berdikari (baca: comic) bertajuk Koper yang berlangsung 17-18 Februari itu amat menggelitik. Sammy bertubuh tambun pun berceloteh perihal isi koper: tentang anak dikursusi bahasa asing, berat badan, hingga soal rumah tangganya yang kurang harmonis. Ya, tentu, disampaikan dengan gaya guyon pol, mbanyol habis. Sammy termasuk menohok pemerintah yang kerap abai, serta sejumlah kegagalan negeri ini. Satire.

Koper sebagai sebuah benda—yang bisa berisi cerita apa saja—pun terlempar-lempar, dioper ke sana kemari dari stapsiun (maksudnya: stasiun); plesetan cerdas yang punya kisah masing-masing. Ketika dilanjut oleh Ernest Prakasa, si penjaga toilet, lain lagi cerita si Koper yang ditinggalkan oleh Sammy. Ia pun gamang—seperti pemimpin kita yang satu itu—apakah koper mesti diangkut? “Yang lain bajunya bagus, ini aku penjaga toilet. Rasis ini,” ujar jebolah Unpad, Bandung, bermata sipit itu. 

Ohoi, kian asyik saja para comicus membanyol. Saat muncul si Batak Borisbokir, si pencopet dari Negeri Seberang Utara sana, ia memberondong dengan olok-olok etnis latar belakangnya. Termasuk yang suka jadi sopir metromini. “Kalau aku buat maskapai nanti namanya Batakvia Air, orang langsung tahu itu. Gaya pilotnya masih sama, kaca depan dibuka, tangan pilotnya nangkring sedikit,” ucapnya dengan berseru khas Batak, dan perut penonton pun kaku dibuatnya.

Tak percuma kehadiran komedi secara monolog yang acap digelar di kafe-kafe dan di layar kaca itu dilemparkan ke TIM, sehingga bermetamorfosis secara lebih lebar, asyik diikuti. Unsur teaternya jadi lebih terasa. Mereka bisa mengeksploitasi dengan skill yang dipunya masing-masing. Apalagi koper bisa dioper-oper ke berbagai tempat (setting), menjadi taman atau tempat tinggal.

Adalah Agus Noor, “Tugas saya membuat dan memastikan mereka dalam satu ikatan cerita dengan koper ini,” ungkap penulis cerita dan sang dalang acara bernas itu.

Inilah hiburan di tengah hiruk-pikuk negeri yang banyak kardus berisi uang berjalan menuju kantor-kantor para petinggi negeri ini.


Malaysia Free Backlink ServicesFree Promotion LinkFree Smart Automatic BacklinkMAJLIS LINK: Do Follow BacklinkLink Portal Teks TVAutoBacklinkGratisjapanese instant free backlink Free Plugboard Link Banner ButtonFree Automatic Backlink Service






 

Monday, February 6, 2012

Doa Kesembuhan untuk Mas Tri

Tridoso

Catatan: 
Bapak TRIDOSO (Mas Tri) adalah figur di balik suksesnya sejumlah pelawak Indonesia seperti Bagiyo CS, Empat Sekawan, Tukul Arwana, dan banyak lagi lainnya. Kini beliau menderita sakit stroke. Mohon bantuan (moril-materiil) serta doa untuk kesembuhannya. Nomor keluarga yg bisa dihubungi: 02198208035 dan 081380035124 atau lewat PASKI (Persatuan Seniman Komedi Indonesia) Pusat. Demikian semoga rekan2 pelawak/broadcast/PH yang kini sedang dirundung kesibukan mohon sedikit waktunya untuk beliau.


SMS dari rekan2 pelawak:
Mohon Bantuan & Doa keSembuhan untuk Kreatif Humor bapak TRIDOSO (mas Tri) sakit STROKE, saat ini dirawat di rumah di jl. Petak Panjang no.21 rt.001/12 PORI Pisangan CIPINANG (belakang Pasar Induk Beras), Jak-Tim; terima kasih @Joko Dewo \cc.Derry Sudarisman Ketua Umum & Didin Pinasti Sekjen PaSKI.
==============================================================



Saya mengenal Mas Tri (nama asli di KTP: Satridoso), sekitar 1993-an. Tukul Arwana-lah yang memperkenalkan beliau; mereka, Tukul dan Mas Tri, singgah ke tempat tinggal saya di Kebon Nanas Selatan, Jakarta Timur untuk sekadar silaturahmi dan berbagi obrolan. Pada tahun2 tersebut, ketika Tukul masih gigih merintis karier, dia sering singgah ke rumah Kebon Nanas tersebut bersama rekan2 pelawak dari Kharisma Group. Di antaranya pelawak Karsono dan Untung. Banyak hal yang sering kami bicarakan, khususnya mengenai seluk beluk dunia perlawakan dan lebih spesifiknya lagi, strategi dan teknik melawak, serta proses kreatifnya.

Tentang Mas Tri, sejak perkenalan pertama itu, kami intens terlibat dalam diskusi berdua; setelah saya gali secara mendalam, ternyata beliau bukan saja menangani soal kreatif melainkan juga tentang hal2non-kreatif; misalnya, banyak sekali pelawak, yang ketika itu sebagian besar pendidikan formal dan latar belakang ekonominya kurang memadai, sempat kesentuh tangan dingin beliau. Baik menyangkut attitude, etika bergaul, cara berpakaian, bahkan hingga uang saku kalau mau pulang ke kampung. Tak terkecuali Tukul Arwana; suatu hari mampir ke tempat tinggal Mas Tri, setelah ngobrol naglor-ngidul lalu pamit pulang, tapi Tukul tidak juga mengangkat pantat, ternyata dompetnya memang lagi kosong melompong, artinya mana mungkin bisa beli karcis kereta di Stasiun Senen;  maka Ibu Tridoso segera tahu situasi yang sedang dialami sang calon pelawak andal ini. Jes jes jes...(sensor) terjadilah. Tukul kini bisa mengangkat pantat dengan ringan, lalu bergegas menuju Stasiun Senen dengan langkah pasti.

Tentu saja, peristiwa seperti itu tidak hanya dialami Tukul Arwana. Banyak pelawak lain juga memperoleh kesempatan indah dari kedermawanan dan kasih sayang Mas Tri kepada para pejuang humor negeri ini.

Pendek kata, jasa Mas Tri sebagai Sang Guru (beliau menyebut dirinya sebagai Klinik Humor) kepada para pelawak yang sempat melejit hingga membumbung langit, sudah tak terbilang kata, tak terhitung jumlah. Tapi satu hal yang tidak pernah diketahui oleh rekan2 pelawak adalah, kehidupan perekonomian Mas Tri sendiri, yang hanya mau cerita ke saya. Setelah pensiun dari salah satu perusahaan badan negara, praktis beliau hanya memperoleh penghasilan ketika mendapatkan job sebagai sutradara lawak atau pengarah acara baik dari PH (production house) atau broadcast. Bila job lagi kosong, tentu saja, dompetnya juga ikut-ikutan bengong.

Tapi Mas Tri orang yang "keras" dan menyembunyikan kesulitan finansialnya itu dari kolega  dan pelawak2 yang selama ini dia urus. Beliau tak pernah mengeluh apalagi curhat mengenai ini. Tetapi anehnya, dari pelawak2 yang belum sukses sebagai pelawak, tapi sukses sebagai bukan pelawak, dia justru sering mendapatkan kejutan yang sulit dinalar; suatu hari misalnya tiba2 mendapat kiriman paket dari kota lain berupa: kulkas atau benda2 berharga lainnya; pengirimnya tidak beliau kenal. Setelah dirunut-runut dan diusut-usut, akhirnya ketahuan Si A atau Si B yang dulu pernah dia dampingi dalam merintis karier lawak, "biang keladi" di balik pengirim benda2 tak bernama itu. Benda yang mewakili wujud kasih sayang seorang anak kepada bapaknya.

Melihat perkembangan kesehatan Mas Tri, saya sebenarnya sangat berharap di usia renta beliau ini, salah seorang pelawak yang pernah dia dampingi dan bantu lahir batin dan kini sedang menuai sukses besar, setidaknya mau berbagi atau mengambil oper seluruh atau sebagian kesulitan Mas Tri dan keluarga karena beliau sudah tidak produktif lagi, ternyata harapan itu, tinggal harapan. Saya sempat "menangis" dalam hati ketika beliau mengirim SMS bahwa kesulitan beliau yang bertubi-tubi dari operasi mata (katarak), degradasi kesehatan secara umum, check up rutin dan lain-lain tetap dibiayai dari gresek-gresek kanan-kiri. Ini sungguh menyayat hati.

Semoga fakta ini segera berubah, semoga Tuhan menyentuh hati sang pelawak yang kini  lagi diberi kelimpahan rezeki untuk sedikit saja berbagi kepada keluarga Mas Tri.

Setahu saya, Mas Tri bukan tipe orang seperti itu. Beliau sangat menjaga perasaan itu, apalagi terang2-an membicarakan masalah itu; hanya saja, saya terus terang dari pihak ketiga, sangat menyayangkan seandainya kemuliaan dan berkah Tuhan yangtengah  melimpah itu membuat sang pelawak bagai kacang lupa akan kulitnya. Karena bukan kata-kata dan kembang lambe basa-basi yang sangat dibutuhkan oleh keluarga Mas Tri, tapi perhatian nyata, yang saat ini sangat mendesak.

Akhirnya, simpati dan doa untuk kesembuhan rekan, bapak, dan sahabat diskusi Bapak Tridoso, semoga Tuhan selalu memberikan jalan terang dan pulihnya kesehatan beliau. Kepada Ibu Tridoso dan putra-putri beliau, semoga mereka diberi ketabahan dan kesabaran merawat beliau. Amin amin aminnnnn..! (Darminto M Sudarmo)

Toko Lucu

Amazon.com ArtStore Camera & Photo Store Mp3 Store Office Products Store Kindle Store Sports & Outdoors Store Health & Personal Care Store Home & Garden Store Grocery Store Magazine Subscriptions Store Software Store Shoes Store Tools & Hardware Store Kitchen & Housewares Store Industrial & Scientific Store Jewelry Store Video On Demand Videos Store Gourmet Food Store Watches Store Beauty Store Computer Store Cell Phones & Service Store Electronic Store Automotive Store Apparel & Accessories Store DVD Store Miscellaneous Store Wireless Accessories Store KOKKANG Store

$value) { if (strpos($param, 'color_') === 0) { google_append_color($google_ad_url, $param); } else if (strpos($param, 'url') === 0) { $google_scheme = ($GLOBALS['google']['https'] == 'on') ? 'https://' : 'http://'; google_append_url($google_ad_url, $param, $google_scheme . $GLOBALS['google'][$param]); } else { google_append_globals($google_ad_url, $param); } } return $google_ad_url; } $google_ad_handle = @fopen(google_get_ad_url(), 'r'); if ($google_ad_handle) { while (!feof($google_ad_handle)) { echo fread($google_ad_handle, 8192); } fclose($google_ad_handle); } ?>