Pertanyaan-pertanyaan itu akan menjadi menarik manakala energi humor dipakai untuk menjadi satu-satunya pisau analisa (tanpa menafikan peran psikologi, seni, dan budaya) guna mendekati berbagai persoalan yang ada dan terjadi di negeri ini. Salah satu keterusterangan humor, memang dapat mengagetkan siapa saja, karena ia akan menelanjangi kemunikafikan dan artifisialime tanpa tedeng aling-aling. Tanpa padang bulu; baik bulu ketiak maupun bulu-bulu yang lain. Saya lebih suka mgninggriskannya secara awur-awuran bahwa Humor is opening everything hiding. Semakin disembunyikan sesuatu yang menarik perhatian, maka upaya penelanjangan itu akan semangkin efektif. Salah satu contoh yang paling frontal (kadang radikal) ada pada tokoh BAGONG. Ya si bungsu dari Punakawan, Semar Gareng dan Petruk ini, dikenal sebagai sosok yang egaliter, ceplas-ceplos bebas feodalisme, bebas monarkis; kecuali Yogya, tentu saja.
Sumbangsih humor paling besar dalam evaluasi model ini salah satunya kita mendapatkan pencerahan dengan rela hati, karena tidak ada yang memaksa, mengancam dan memolitisasi. Jadi pyurrrr atas keinginan dan kerelaan hati sendiri. Syukur-syukur setelah melihat peta ke-katrokan, kesialan, ke-sodrunan, ke-belegukan kita, kita bisa ketawa. Ternyata yang tolol bukan hanya kita, ternyata banyak juga teman lain mengalami hal yang sama, jadi bukan hanya korupsi yang berjamaah, tolol berjamaah juga ada. Maka legalah hati kita. Dalam psikologi disebutnya, proses transformasi individu terjadi manakala si individu dapat menemukan kekurangan-kekurangan diri di masa sebelumnya dan dari sana ia memulai langkah-langkah yang baru, strategi-strategi yang baru. Khususnya lagi agar setelah tahun baru kita berangkat dengan visi dan orientasi yang lebih bermutu.
Jadi, Hari Humor Nasional itu murni dan free dari iuran. Anda dapat merayakannya meski hanya dengan sekaleng krupuk dan sambal kecap. Tidak ada kewajiban upacara, apalagi demo di lapangan, di jalan-jalan. Humor benci kekerasan. Jangankan kekerasan, penghakiman, pembunuhan karakter juga dijauhi habis-habisan, amit-amit jabang bayiikkk. Tapi ngritik, nyindir, harus! Humor tidak selalu harus teriak dan meronta-ronta, tidak, kadang ia berbisik, tidak berisik, sangat halus; kadang ia bergitu senyapnya sesenyap orang berdoa. Tetapi energi humor sungguh menyelinap, ia mengajak orang tobat atau memperbaiki dosa sambil tertawa ria. Tidak perlu otot-ototan, gontok-gontokan; kurang enak apa, coba?
- Darminto M Sudarmo
Ingin Menyimak Diskusi Lebih Lengkap di Link ini
0 comments:
Post a Comment