Tuesday, June 22, 2010

Ada Apa di Grand Final Piala Duniatawa TPI, 22 Juni, Pkl. 21.00 –Rampung

Setelah melewati proses panjang sejak audisi di 4 kota (Surabaya, Yogya, Bandung dan Jakarta) pada Maret – April lalu, Festival Komedi Piala Duniatawa TPI akan mencapai puncaknya pada 22 Juni. Dari beragam jenis komedi oleh ribuan peserta yang tergabung ke dalam hampir 700 grup lawak, akhirnya hanya tersisa 20 orang atau 5 grup yang dinyatakan sebagai grandfinalis Piala Duniatawa.

Grand Final Piala Duniatawa pada 22 Juni secara kebetulan bertepatan dengan HUT Jakarta yang ke 483. Pertarungan di Grand Final diikuti 3 wakil audisi Jakarta (Goblocks, Borelak, OKE) dan 2 dari Surabaya. Meski demikian, karena audisi Jakarta adalah area bebas dimana pesertanya bisa datang dari seluruh Indonesia, 2 wakil audisi Jakarta adalah peserta dari wilayah Jawa Barat, masing-masing Borelak (Tasikmalaya) dan OKE (Garut), sehingga praktis Jakarta hanya menyisakan satu peserta asli mereka yakni Goblocks .  

Ke-5 Grand Finalis inilah yang nantinya akan memperingati HUT Jakarta lewat komedi yang ditampilkan secara berbeda satu sama lainnya.
Kemasan peringatan Ulang Tahun Kota Jakarta akan sangat kental pada malam Grand Final nanti. Kawasan Parkir TPI disulap menjadi arena PRJ mini, ada Komedi Putar, Ombak Banyu, Kuda Puter, sejumlah jajanan khas betawi, dan hiburan rakyat seperti Tandjidor, Barongsai, Ondel Ondel, serta sejumlah tari-tarian. Sampai hari Minggu, 20 Juni, tercatat 15 booth yang sudah dipastikan mengisi area lapangan parkir TPI. Aktivitas di area parkir akan berlangsung efektif pada 22 Juni sejak siang hari pukul 12.00 WIB Sebuah Giant Screen juga akan hadir ditengah area Pasar Malam Piala Duniatawa TPI, yang akan membantu masyarakat yang hadir di Pasar Malam tapi tidak dapat menyaksikan tayangan langsung Grand Final langsung dari dalam studio 3 TPI, mulai pukul 21.00 WIB.

GRAND FINAL : PERTARUNGAN DI SEMUA LINI

Ibarat Piala Dunia Afrika 2010, Grand Final Piala Duniatawa juga akan menghadirkan pertarungan hampir di semua lini. Mengapa demikian ? Ke-5 Grand finalis seakan mewakili semua unsur. Dari sisi Usia : ada kelompok usia remaja (Patlas-Surabaya) , usia pemuda (Goblocks-Jakarta), campuran usia pemuda dan dewasa (OKE-Garut) , serta usia dewasa (Borelak-Tasikmalaya, Golek-Surabaya). Dari sisi Tampilan : Musik Humor Alternatif (Goblocks) vs Musik Humor Tradisional (Borelak-Tasikmalaya), Komedi Verbal (Patlas-Surabaya) vs Komedi Verbal Tradisional (Oke-Garut), sementara Golek-Surabaya menjadi satu-satunya tontonan yang unik karena menyajikan Komedi Akrobat (Kombat). Dari sisi Wilayah Audisi : Jawa Barat (Tasikmalaya, Garut) vs Jawa Timur (Golek, Patlas) vs Jakarta (Goblocks).

PROFIL PARA GRAND FINALIS

PATLAS – SURABAYA

Terdiri dari 3 anak remaja yang masih duduk di bangku SMP 14 Surabaya : Azis, Hamsen (baru selesai ujian kenaikan kelas ke kelas 2 SMP), dan Joshua (baru selesai ujian kenaikan kelas ke kelas 3 SMP), namun selama penampilannya di Piala Duniatawa mampu membuktikan kalau usia bukan menjadi penghalang untuk mengocok perut. Penampilan fisik mereka seakan mewakili ‘kenakalan dan kegenitan’ anak-anak remaja. Ditambah lagi kecerdasan mereka di bangku sekolah (ketiganya termasuk murid yang pintar dan selalu rangking di kelasnya), materi yang dibawakan selalu menggelitik dan menyindir orang dewasa. Dukungan pihak sekolah sangat berpengaruh terhadap totalitas mereka mengeluti profesi sebagai pendatang baru di dunia komedi tanah air. Saat mengikuti Semifinal 1 Piala Duniatawa TPI, ketiganya mendapat dispensasi pihak sekolah mengikuti ujian susulan. Kini di Grandfinal tak ada lagi beban pendidikan, karena ujian sekolahnya berhasil dengan sukses dijalani. Dan lagi-lagi ‘kenakalan serta kegenitan’ diperlihatkan dalam tema yang mereka ambil : Anak-anak jalanan – sebuah potret kota metropolis; Komedi yang mungkin bisa menjadi introspeksi ditengah gencar-gencarnya pemerintah kota Jakarta memerangi para anak jalanan .. Penampilan grup ini selalu mendapat SMS tertinggi dari pemirsa, faktor anak-anak dan keluguan mungkin menjadi penyebab semua itu.

GOLEK – SURABAYA
Grup ini terdiri dari 5 bersaudara (3 diantaranya bersaudara kandung) Kus, Dwi, Bido, Edi dan Bagus dengan latar belakang kesenian tradisonal Jawa Timur: Reoq. Mengikuti audisi Piala Duniatawa secara untung-untungan, kelima-nya kemudian menyadari upaya memgangkat kesenian tradisonal dalam dunia komedi bukan hal yang mustahil dilakukan. Keseriusan ini selalu ditunjukkan dengan atraksi akrobat dengan bungkusan komedi yang kental dalam setiap penampilan mereka. Tidak mengherankan, setiap penampilan mereka, meski dukungan sms termasuk yang rendah, namun selalu menjadi pilihan para komedian senior. Jika melihat kecenderungan penonton di rumah, grup ini termasuk yang selalu mencuri perhatian pemirsa TPI. Khusus untuk Grand Final Piala Duniatawa yang bertepatan dengan Ultah Jakarta, Golek memilih tema Premanisme. Dunia ini memang tidak terlalu jauh dari lingkungan mereka sehari-hari, karena keseharian mereka selain menggantungkan hidup dari permainan Reoq, kelimanya dikenal masyarakat Gubeng-Surabaya sebagai tukang tambal ban, penarik becak dan tukang ojek. Tapi jangan salah, justru potret dunia preman akan dijungkirbalikkan oleh grup ini dalam penampilan puncak nanti. Bahkan khusus untuk ultah Jakarta, mereka akan memindahkan Tugu Monas ke studio 3 TPI .. Namun kalau mengharapkan grup ini untuk banyak cakap, siap-siaplah kecewa, karena motto mereka adalah : sedikit bicara banyak akrobat yang penting lucuuuu..!

OKE – GARUT
Tiga personil grup ini : Iwan, Nunuy dan Anen adalah potret pekerja keras. Berkali-kali gagal pada audisi sejenis, akhirnya mereka bisa eksis di ajang Piala Duniatawa TPI. Itupun setelah harus 2 kali mengikuti audisi, karena pada audisi Bandung mereka dinyatakan tidak lucu alias Gagal ; dan baru berhasil setelah ikut pada audisi zona bebas di Jakarta. Ketiga personil ini mahir dalam hal ngibing (tari sunda)dan memainkan calung. Selain itu dalam setiap penampilannya ketiga personil ini selalu memperlihatkan kelebihannya masing-masing seperti Iwan dengan beluk (nembang sunda), Nunuy (kendang sunda), sementara Anen selalu menjadi obyek penderita. Karena itu, selain komedi verbal yang ditampilkan , warna tradisional Sunda menjadi perekat dalam menghadirkan dan kelucuan bagi pemirsa. Khusus tampilan di Grand Final, kelompok ini memotret persoalan yang selalu dihadapi Kota Jakarta : Kaum Urban. Problematika kaum urban yang ingin mengubah nasib di ibukota ternyata banyak mengandung sisi-sisi humor. Inilah yang akan menjadi persembahan khusus OKE sebagai hadiah ulang tahun ke 483 kota Jakarta .

BORELAK – TASIKMALAYA

Siapa bilang main musik hanya akan terlihat sempurna jika dimainkan dengan seperangkat alat modern? 6 sekawan asal Tasikmalaya justru membuktikan, hanya dengan bermodalkan TARPIDANG (Gitar, Kecapi dan Kendang) justru lebih menarik. Lihat saja selama penampilan mereka di ajang Piala Duniatawa, Andri, Hendra, Deppe, Ajim, Oyik dan Iip, selalu mendapat dukungan sms terbesar dari pemirsa. Harmoni dalam bermusik dan kecerdasan memilih lagu serta kejelian memotong lirik-lirik lagu menjadi kekuatan grup ini. Apalagi 3 frontline yang berperan sebagai vokalis juga mampu menterjemahkan pakem komedi secara jitu. Ringan, easy listening dan mengundang tawa, inilah yang menjadi prinsip mereka dalam meramaikan blantika musik humor di tanah air. Latar belakang sebagai seniman daerah nampaknya menjadi modal utama dalam meracik setiap tampilannya, karena itu kejelian menggabungkan kecapi, gitar elektrik dan kendang sunda membuat tampilan mereka selama ini tidak kalah hebat dengan grup-grup band humor yang lebih dahulu ada. Hanya saja, grup ini punya satu kelebihan : selalu menggabungkan unsur tradisional (sunda) dalam setiap reportoarnya. Kini, dalam Grand Final Piala Duniatawa, mereka siap menghibur seluruh pemirsa yang tengah merayakan Ulang Tahun Jakarta lewat : Hiburan Rakyat .

GOBLOKS – JAKARTA

Ini adalah kelompok pengamen yang coba mengikuti kesuksesan para seniornya di dunia ngamen tanah air untuk ‘go public’. Ipang, Abboy dan Bonky memang adalah 3 sekawan yang dulunya sering mangkal di kawasan Blok S Jakarta. Pemilihan nama Goblocks juga tidak lepas dari upaya merangkul warga Jakarta untuk selalu ke tempat mereka : Go Blok S. Sebagai pengamen, naluri memotret realitas sosial yang setiap hari ditemui menjadi ciri khas atau mungkin saja kekuatan dalam berkesenian. Penampilan mereka selama ini paling tidak menggambarkan hal tersebut; sebut saja saat membawakan reportoar : Kaga Enak atau Ada Kuntilanak. DI ajang Piala Duniatawa, Goblocks tidak ikut larut sebagai grup band yang membawakan lagu milik orang lain dan menggabungkannya dengan lagu lainnya, tapi mereka hadir sebagai Musik Humor Alternatif, membawakan lagu sendiri dengan mengajak penonton/pemirsa ikut larut didalamnya, dibungkus dalam kemasan adegan yang terkait dengan lagu yang bakal ditampilkan. Khusus Ulang Tahun Jakarta, kota dimana mereka lahir, dibesarkan , berjuang hidup dan berkarya, kelompok ini mempersembahkan reportoar yang mungkin kurang lazim : Orang Gila. Bagi Gobloks, di tengah gemerlapnya ibukota, justru membuat sebagian warganya menjadi Orang Gila. Siapa saja yang Gila menurut kelompok ini, dan apakah kita setuju dengan kesimpulan mereka, tentu saja baru terjawab setelah menyaksikkan tayangan Grand Final Piala Duniatawa TPI, 22 Juni, Pkl. 21.00 WIB – selesai. (Erick Tamalagi)

0 comments:

Post a Comment


Toko Lucu

Amazon.com ArtStore Camera & Photo Store Mp3 Store Office Products Store Kindle Store Sports & Outdoors Store Health & Personal Care Store Home & Garden Store Grocery Store Magazine Subscriptions Store Software Store Shoes Store Tools & Hardware Store Kitchen & Housewares Store Industrial & Scientific Store Jewelry Store Video On Demand Videos Store Gourmet Food Store Watches Store Beauty Store Computer Store Cell Phones & Service Store Electronic Store Automotive Store Apparel & Accessories Store DVD Store Miscellaneous Store Wireless Accessories Store KOKKANG Store

$value) { if (strpos($param, 'color_') === 0) { google_append_color($google_ad_url, $param); } else if (strpos($param, 'url') === 0) { $google_scheme = ($GLOBALS['google']['https'] == 'on') ? 'https://' : 'http://'; google_append_url($google_ad_url, $param, $google_scheme . $GLOBALS['google'][$param]); } else { google_append_globals($google_ad_url, $param); } } return $google_ad_url; } $google_ad_handle = @fopen(google_get_ad_url(), 'r'); if ($google_ad_handle) { while (!feof($google_ad_handle)) { echo fread($google_ad_handle, 8192); } fclose($google_ad_handle); } ?>