Sunday, December 19, 2010

Menjadi Penyair itu Pekerjaankah?


Menjadi penyair atau penulis puisi itu pekerjaankah atau bukan?

Bagaimana kalau di KTP tertulis pekerjaan penyair, dari mana ia mendapatkan nafkah?

"Anak-anak dan istri tercinta, pagi ini kubuat secangkir kopi nikmat, kuaduk dalam larutan udara  hangat dan matahari merekah, reguklah, seruput demi seruput agar kalian tahu artinya makna hidup."

Mereka menatapku dengan pandangan heran, mereka pikir ayahnya sudah mulai gila, di meja hanya ada secarik kertas dengan tulisan Secangkir Kopi Pagi.

Menjadi penyair itu pekerjaan macam apa? Kini tidak ada lagi Raja atau Penguasa yang mengurus dirinya untuk menyiram kepala mereka dengan syair-syair indah. Tidak ada lagi Raja atau Penguasa yang menyediakan kastil megah dengan seribu pelayan cantik yang siap memijat punggung dan menuang secangkir anggur. Mengapa masih saja penyair lahir, hadir dan hidup, padahal penguasa kini memusuhinya.


Menulis puisi adalah pekerjaan ruh, dia bekerja ketika kesadaran berada di kondisi Alpha. Dia berbeda dengan menulis berita apalagi laporan abs bawahan kepada atasan. Menulis puisi adalah pengembaraan sukma,  perjalanan kehidupan, pencarian kredo, penggumpalan eksistensi, penangkapan makna, pengaisan estetika, penyeleksian kata, radikalisasi jargon, meraba-raba, melata-lata, memeras keringat hingga nyaris laksana mayat, terengah-engah sungguh berat nian adanya...

Mengapa masih saja penyair lahir, penyair hadir, perlukah ia ada kalau hanya untuk menjadi sia-sia? Sejak pagi hingga  pagi lagi, sejak malam hingga malam lagi,  kerjaannya hanya nongkrong sambil meniup-niupkan asap rokok ke udara. Matanya menatap tajam ke kesunyian alam, adakah ia mendengar butir-butir embun pagi menyanyikan lagu rindu matahari, adakah ia melihat celah-celah malam yang menyimpan sejuta kerahasiaan?

Penyair lega ketika buku-bukunya, antologinya, terbit sederas kalimat-kalimatnya; siapakah yang membacanya, meresapi dan merenungkannya, siapakah orang-orang yang masih punya waktu untuk membaca puisi-puisinya, siapakah orang yang rela mengesampingkan gosip, shopping, happy hour, dugem dengan kata-kata liat kadang menikam dalam-dalam, kata-kata yang membuat pembaca tidak dapat tidur bermalam-malam?

Penyair mungkin binasa, tetapi kata-kata akan selalu ada, penyair mungkin lenyap dalam seketika namun angin, api, daun, tanah, air, matahari, laut akan selalu mendendangkan kata, membisikkan makna bahkan membentakkan malapetaka! Syair-syair kehidupan akan selalu menelusur dan menelisik di tiap rongga kosmos, kadang ia lebih bijak dari yang dicapai manusia, kadang manusia mengabaikan itu semua!



Oleh Darminto M Sudarmo, diposting di Facebook  pada 06 Desember 2010 jam 3:05

*) Ditulis hari ini, hari ini juga.


Komentar Pembaca:

      Kokok Hari Subandi, M Enthieh Mudakir, Dinar Amalia Soekemi II dan 6 lainnya menyukai ini.
    *
          o
            P Chusnato Sukiman ‎(menyimak)
            06 Desember jam 3:44 · SukaTidak Suka
          o
            Aant S. Kawisar apabila dikarikaturkan,wujudnya mungkin seperti dukun santet, tuk balam di kampung saya dulu jagonya, tapi tak terpikir olehnya untuk bisa jadi seperti ki joko bodo. ternyata bisa jadi profesi dan kaya raya. ternyata "pekerjaan" juga tak kalah absurdnya apabila ujungnya duit. hahaha...bercanda, Kang. namanya juga karikatur. salam.
            06 Desember jam 5:45 · SukaTidak Suka
          o
            Tandi Skober Hmmm, kok saya jadi merenung stelah membaca ini... jangan-jangan ini komeditorial dalam versi lain...
            06 Desember jam 5:47 · SukaTidak Suka
          o
            Saradipa Auw Sr
            Sebenarnya jawaban dari pertanyaan yang menjadi judul tulisan di atas sudah terjawab dalam tulisan di atas pula.

            Mohon maaf, Pak Guru, saya sedikit bingung memasukkan tulisan di atas sebagai species puisi, catatan kecil, cersupen (cerpen su...per pendek) atau sekadar uyonuyon untuk menggerakgoncangkan tali ayunan agar penyair tak lelaplekas?

            Ah...buat apa saya pertanyakan itu? Ternyata kerna tak perlu.
            Dan ternyata tak penting pula untuk mempertanyakan eksistensi penyair disandingkan dengan penguasa, anak istri, bahkan Sang Gusti. Apalagi jika pertanyaan eksistensi penyair muncul dan menohok dari internal. Oh...sebenarnya jika itu terjadi dikarenasebabkan oleh kontemplasi jiwa yg setengah hati.
            Menjadi penyair sebuah pekerjaankah?
            Ah, menurut saya kurang bijak pula pertanyaan itu diajukan pada upaya pengolahan batin. Kerna tak ada sama sekali kaitpautan antara penyair dan reward material. Olah batin akan mendapatkan nutrisi batin. Dan itu tiada prisenya.
            Rezeki? Itu masalah kecil bagi Tuhan.

            Salam hangat, Pak Guru, dari muridmu.Lihat Selengkapnya
            06 Desember jam 6:45 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka
          o
            Rachmat Budi Muliawan
            hehehehe...tapi sy punya rencana, pada pergantian KTP seumur hidup sy nanti, akan sy catatkan, Pekerjaan: Penyair (padahal bukan penyair)....hehehehe....

            Sebuah catatan yg dapat kita baca dng serius, tapi juga dapat kita gambarkan sebagi kar...ikatur....

            Maturnuwun sanget mas Dar. Mugi tansah sehat, rahayu nir ing sambikolo...amin.Lihat Selengkapnya
            06 Desember jam 8:55 · SukaTidak Suka
          o
            Darminto M Sudarmo P Chusnato Sukiman, thanks mas, irit!
            06 Desember jam 10:04 · SukaTidak Suka
          o
            Darminto M Sudarmo Aant S. Kawisar, ha ha ha, menarik Kang. Dukun santet, baru terpikir he he he!
            06 Desember jam 10:04 · SukaTidak Suka
          o
            Darminto M Sudarmo Tandi Skober, Bang Tandi ha ha ha! Jangan kuatir, Jenakarta versi online akan segera muncul lagi, sedang digodog pake kuwali dowo!
            06 Desember jam 10:06 · SukaTidak Suka
          o
            Darminto M Sudarmo Saradipa Auw Sr, bener Mas. Hidup ini isinya cuma tanya-jawab. Dari multiple choice sampe esai; krn terbiasa multiple choice waktu ditanya dengan jawaban esai...kebakaran jenggot. He he he, andai Tuhan mau campur tangan urusan penyair, politik ambruk, ideologi mati, karena tatanan dunia ini otomatis rapi jali bak surgawi....
            06 Desember jam 10:11 · SukaTidak Suka
          o
            Darminto M Sudarmo Rachmat Budi Muliawan, wah kangen Mas. duspondi ngayogya? Sami tidem ayem tenterem toh? Suwun pun rawuh...
            06 Desember jam 10:13 · SukaTidak Suka
          o
            KiSlamet No-One
            Dar, penyair itu bukan "profesi" dalam arti tradisional. Tapi, sejak jadi penyair Facebook, aku relatif "happy". Dengan pensiun Rp491.250, aku bisa keliling Jawa, naik turun gunung, terakhir di Gunung wayang Windu. Sering uang itu tak terse...ntuh, masih tersimpan di bank plat merah. Puji Tuhan, persahabatan yang dihasilkan dari menjadi penyair KitabRupa masih bisa membuatku lestari jalan2 ke mana aku suka. Cuma, aku menyesal tidak belajar "bergurau" kepada Anda. Kalau bisa bergurau, aku mungkin bisa jadi juru dakwah keliling, mewartakan agama baru yang bermottokan "man born free". Kapan2 aku daki gunungmu di Semarang atau yang di mana pun. Aku wis ngatur jadwal karo perempuan ca ntik di dekat Terminal Penggaron (nek salah sebut maaf) di Semarang. Sampai jumpa copy darat. Salam, MMSM.Lihat Selengkapnya
            06 Desember jam 12:00 · SukaTidak Suka
          o
            Darminto M Sudarmo
            KiSlamet No-One Sahabatku paling free, ha ha ha! Bener loh, penjadwalan itu musti tepat, dan terminal penggaron itu tidak salah. Dari situ ada kok jurusan Penggaron - Bukit Kencana atau sebaliknya; sekali naik langsung sampek pol, di area ...tujuan.

            Ya, soal pertanyaan penyair itu kan aku coba merekam wacana di benak publik umum, ya edan po, wong penyair itu bersarang di angin, berumah di gugusan mega, masak dia butuh nasi dan ayam goreng, terlalu wadag, kan? ha haha!Lihat Selengkapnya
            06 Desember jam 12:07 · SukaTidak Suka
          o
            KiSlamet No-One saiki iseh ana tugas polisi, mungkin 10 dina klaar. Nanti kalau aku berangkat aku kabari Anda dengan cara yang mungkin ditempuh.
            06 Desember jam 12:16 · SukaTidak Suka
          o
            Darminto M Sudarmo siiip, kita tunggu waktu2 seblmnya!
            06 Desember jam 12:43 · SukaTidak Suka
          o
            Aspar Paturusi Tanpa kata-kata sekalipun, penyair tetap menuliskan syiarnya...
            06 Desember jam 15:08 · SukaTidak Suka
          o
            P Chusnato Sukiman
            baru rampung membacanya dgn hati, saya suka ketika paradok2 dijabarkan dan langsung ditumbuk dengan kalmat..."Menulis puisi adalah pekerjaan ruh". Ini benar, dan saya sepakat karenanya. Kadang menulis, menjadi penyair, memang tdk membutuhka...n atribut ya mas, suwun tagging notes indah ini.

            Maaf td subuh baru membaca sekilas, kutabik "menyimak" dgn hatapan bs baca ulang dgn ruh, semirip jiwa catatan bergizi ini... salim jauh mas.Lihat Selengkapnya
            06 Desember jam 15:11 · SukaTidak Suka
          o
            Aspar Paturusi
            tanpa kata-kata sekalipun, puisi bisa bicara padamu
            di sekitarmu bertebaran puisi tanpa kata-kata

            alangkah kosong jiwa seseorang
            bila tak menikmati gerak dedaunan
            ...atau ombak yang bergantian mendekati pantaiLihat Selengkapnya
            06 Desember jam 18:52 · SukaTidak Suka
          o
            Gunoto Saparie Dan di manakah penyair Odios
            07 Desember jam 1:54 · SukaTidak Suka
          o
            Darminto M Sudarmo Aspar Paturusi, ha ha ha, thanks bang Aspar, kembangan dan jurus anda tetap bertenaga, mantabz!
            07 Desember jam 4:25 · SukaTidak Suka
          o
            Darminto M Sudarmo P Chusnato Sukiman, Mas Chus, cumak guyon lho, tapi susulan anda makin meng-gizikan suasana simpang siur komen di sini; matur nuwun, saking kangennya sama anda2 semua!
            07 Desember jam 4:27 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
          o
            Darminto M Sudarmo Aspar Paturusi, oh ya, kapan nih kita "berpuisi" dengan bidak-bidak catur bang?
            07 Desember jam 4:29 · SukaTidak Suka
          o
            Darminto M Sudarmo Gunoto Saparie, penyair Odios kadang ada di kaliwungu, kadang di kendal, kadang di mana-mana, kdg bahkan tidak ke mana2....ha ha ha
            1
            07 Desember jam 4:30 · SukaTidak Suka
          o
            P Chusnato Sukiman padahal saya hanya berlagak serius mas. hehehe
            07 Desember jam 8:11 · SukaTidak Suka
          o
            Darminto M Sudarmo P Chusnato Sukiman, aha, mulai kumat bakat anda melucu!
            07 Desember jam 10:35 · SukaTidak Suka
          o
            Eko Tunas hebat
            12 Desember jam 3:40 · SukaTidak Suka
          o
            Darminto M Sudarmo Eko Tunas, wah irit banget, tapi tahnks anda sudah mau turun dari pertapaan....
            12 Desember jam 10:03 · SukaTidak Suka
          o
            Kokok Hari Subandi Senang dg tulisan ini. Bagus.
            12 Desember jam 10:18 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka
          o
            Darminto M Sudarmo Kokok Hari Subandi, makasih pak; semoga sukses yo performing art anda bersama-sama anak cedes....
            12 Desember jam 10:32 · Suka

0 comments:

Post a Comment


Toko Lucu

Amazon.com ArtStore Camera & Photo Store Mp3 Store Office Products Store Kindle Store Sports & Outdoors Store Health & Personal Care Store Home & Garden Store Grocery Store Magazine Subscriptions Store Software Store Shoes Store Tools & Hardware Store Kitchen & Housewares Store Industrial & Scientific Store Jewelry Store Video On Demand Videos Store Gourmet Food Store Watches Store Beauty Store Computer Store Cell Phones & Service Store Electronic Store Automotive Store Apparel & Accessories Store DVD Store Miscellaneous Store Wireless Accessories Store KOKKANG Store

$value) { if (strpos($param, 'color_') === 0) { google_append_color($google_ad_url, $param); } else if (strpos($param, 'url') === 0) { $google_scheme = ($GLOBALS['google']['https'] == 'on') ? 'https://' : 'http://'; google_append_url($google_ad_url, $param, $google_scheme . $GLOBALS['google'][$param]); } else { google_append_globals($google_ad_url, $param); } } return $google_ad_url; } $google_ad_handle = @fopen(google_get_ad_url(), 'r'); if ($google_ad_handle) { while (!feof($google_ad_handle)) { echo fread($google_ad_handle, 8192); } fclose($google_ad_handle); } ?>