Friday, August 3, 2012

REVOLUSI TEMPE? GAK BERGENGSI AH!

Djoko Susilo


Oleh Ki Jenggung

GELEGAR Revolusi Mawar mampu merontokkan rezim-rezim kawak di Afrika Utara belum lama ini. Begitu juga Revolusi Mawar mampu menjungkalkan rezim Portugal di pertengahan dekade 70-an, sehingga Timor Timur bergolak.

Revolusi People Power, atau revolusi Kekuatan Rakyat, mampu mendongkel rezim Ferddinand Marcos di Filipina di pertengahan dekade 80-an. Nama-nama revolusi itu begitu indah dan heroik. Tapi, di negeri Republik Undur-undur, ada kudeta merontokkan rezim 3-L (lesu, lemah, letoy). Presidennya yang ganteng tapi lamban seperti keong racun terbirit-birit lari ke Amerika Serikat, minta perlindungan ke negeri keduanya itu, karena dikudeta rakyatnya sendiri yang sudah bosan, eneg, dan jengkel atas ketidakberdayaan pemimpinnya terhadap apa saja. Istilah gebleknya: impotensi politik.

Rakyat yang sudah geregetan membikin kacau, mengobrak-abrik tetangganya sendiri, kantor-kantor pemerintahan, menjarah toko-toko. Infrastruktur tidak diganggu sebab memang selama delapan tahun rezim lelet ini berkuasa tak ada infrastruktur memadai yang dibangun.

Jangankan infrastruktur yang mahal dan rumit, sedangkan bahan makanan saja mengalami krisis memalukan. Kalau dulu garam, ikan, dan beras yang diimpor, kini nafsu impornya makin menggila dengan merambah “komoditas” yang tidak “bergengsi” yaitu singkong alias ketela pohon. Semua serba impor.

Revolusi Meledak
Revolusi ini meledak dengan menggelegar setelah satu bahan makanan rakyat, tempe dan tahu, yang selama ini menjadi favorit rakyat, yang kaya protein, nonkolesterol sebagai kebutuhan gizi murah-meriah setiap hari, kini stop produksi. Tak ada lagi orang makan tempe secara berbudaya dan memadai. Bayangkan, para produsen tahu-tempe mogok, tak ada pasokan dua bahan menu pokok di pasaran. Kalaupun ada, ukurannya kecil sekali, merendahkan rasa estetika rakyat. Kecil, peot, dan tidak enak, entah dicampuri apa.

Semua berawal dari kelangkaan bahan baku tahu-tempe yaitu kacang kedele. Harap dipahami secara seksama, bahan baku kacang kedele itu pun juga diimpor dari negeri majikan Republik Undur-undur, Amerika Serikat. Rakyat negeri Undur-undur hebat sekali. Bahkan bahan makanan pokok mereka pun harus diimpor. Tak jelas apakah ini kesombongan, keterpaksaan, aau kebodohan.

Yang terang saja adalah kebodohan para pemimpin negeri sial itu. Setelah dicekik oleh International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional sejak 1997, mereka tak pernah punya pemerintahan kuat, berani, gagah berani ambil risiko  dan bermartabat. Adanya adalah para ular pencari rente atau pencari komisi. Maka, kacang kedele pun harus diimpor.

Tempe Asli Indonesia
Bahan makanan murah tapi bergizi tinggi dan sehat ini asli ciptaan bangsa Undur-undur, berkembang mula-mula di Pulau Jawilem lalu menjalur ke Nusantara. Mudah-mudahan tak diklaim Malaysia sebagai bahan makanan pokok asli negeri lihai dan pintar itu. Yang jelas, ragi tempe sudah dibajak orang Jepang dan mematenkannya. Negeri Undur-undur kecolongan. Nasib bangsa ini selalu muncul sebagai pecundang.

Mungkin tempe dianggap barang sepele karena sudah umum menjadi bagian budaya Republik Undur-undur. Selain itu, presiden pertama negeri penyok itu sering mengingatkan rakyatnya agar jangan jadi bangsa tempe. Harap diketahui, di masa lalu sebelum ada mekanisasi industri kecil/perumahan, tempe dibuat dengan menginjak-injaknya. Itulah yang dimaksud, negeri yang selalu diinjak-injak bangsa lain. Rezim Undur-undur sekarang keenakan diinjak-injak AS asal pemimpinnya berkuasa dan dijamin langgeng. Padahal, tempe menjadi perhatian dunia sebagai makanan sehat dan bergizi tinggi.

Revolusi Tempe
Rakyat Republik Undur-undur yang berang lantas mengadakan gerakan sosial seperti dijelaskan tadi, membikin kudeta yang diberinama Revolusi Tempe. Alasannya, tempelah yang menjadi pemicu kudeta itu. Undang-undang negeri Undur-undur tak memungkinkan pemakzulan berjalan mudah, kecuali mungkin pemimpinnya jadi gila dan membahayakan negerinya.

Maka, gelombang kemarahan rakyat itu mampu membikin rotasi dan evolusi galaksi kekuasaan negeri itu berhenti dan rakyat mendongkel presidennya yang lembam. Pemimpin yang gendut dan sudah mulai sakit-sakitan itu bukannya tak sadar. Ia kemudian membikin gerakan asal perintah. Kalau ada perkosaan di angkot berkomentar: cegah perkosaan di angkot. Kalau ada masalah apa saja ia seperti kena Oracle of Deplhi, memerintahkan ini itu, tapi tak jelas langkah konkretnya. Kemampuannya hanya pencitraan seperti itu, seolah-olah ia bekerja keras (untuk sekadar omong di media massa).

Pengadilan Revolsi Tempe
Singkatnya, presiden dan kabinet negeri Undur-undur tumbang, dan diadakan pengadilan rakyat. Presidennya menangis-nangis, jangan sampai revolusi yang menjengkangkan dirinya disebut Revolusi Tempe.

“Tolong jangan itu dong namanya, jelek amat bikin nggak gengsi, nggak ada pesona,” rintihnya.

“Enak aja. Ini memang dipicu oleh tempe, tauk?” hardik pasukan Garda Tempe Nasional.

Maka, dalam berita-berita dan sejarah kontemporer Negeri Undur-undur pada tahun 2012, setidaknya tahun 2013 dicatat adanya pemerintahan yang jatuh cuma gara-gara tempe. Inilah judul-judul berita di koran itnernasional: The Tempeh Revolution Begins. President was sacked and fled to the US by a group of tempeh sellers.

“What? Tempeh? What the hell is that?” tanya para pembaca di Barat. Apa boleh buat ....

0 comments:

Post a Comment


Toko Lucu

Amazon.com ArtStore Camera & Photo Store Mp3 Store Office Products Store Kindle Store Sports & Outdoors Store Health & Personal Care Store Home & Garden Store Grocery Store Magazine Subscriptions Store Software Store Shoes Store Tools & Hardware Store Kitchen & Housewares Store Industrial & Scientific Store Jewelry Store Video On Demand Videos Store Gourmet Food Store Watches Store Beauty Store Computer Store Cell Phones & Service Store Electronic Store Automotive Store Apparel & Accessories Store DVD Store Miscellaneous Store Wireless Accessories Store KOKKANG Store

$value) { if (strpos($param, 'color_') === 0) { google_append_color($google_ad_url, $param); } else if (strpos($param, 'url') === 0) { $google_scheme = ($GLOBALS['google']['https'] == 'on') ? 'https://' : 'http://'; google_append_url($google_ad_url, $param, $google_scheme . $GLOBALS['google'][$param]); } else { google_append_globals($google_ad_url, $param); } } return $google_ad_url; } $google_ad_handle = @fopen(google_get_ad_url(), 'r'); if ($google_ad_handle) { while (!feof($google_ad_handle)) { echo fread($google_ad_handle, 8192); } fclose($google_ad_handle); } ?>